Yang gue sadari setelah 5 tahun melayani
Syalom. Semoga semua
pembaca dalam keadaan sehat dan dijagai oleh Tuhan kita, Yesus Kristus. Menurut
gue pribadi, lima tahun melayani adalah judul yang cukup menarik untuk dibaca.
Lima tahun mungkin terasa singkat bagi beberapa orang, dan terasa lama bagi
sebagian lainnya.
Gue menulis ini, murni,
untuk bahan refleksi gue aja. Untuk meninjau, apa yang sudah gue kerjakan dalam
pelayanan sebagai orang Kristen. Atau justru, gue selama ini pelayanan bukan
melakukan sesuatu yang berarti atau bernilai, tetapi fokus mencari atau
menunjukan kehebatan diri gue.
Kita –yang sudah dan
masih terjun dalam pelayanan-- mungkin pernah bertanya pada diri kita setidak
nya satu kali, “Sudah benar belum ya, pelayanan yang gue lakukan?” Atau “Apakah
gue sekedar sibuk aja di dalam pelayanan –disibukan oleh diri sendiri, dan lupa
akan makna pelayanan itu sendiri– sama seperti kisah Marta dan Maria?”
Awal
Gue memulai pelayanan
di tahun 2016 yang lalu. Gue murni melayani karena suatu nazar yang pernah gue
utarakan pada Dia, Tuhan. Jadi, gue mau menunaikan atau merealisasikan apa yang
sudah gue ucapakan di hadapan Tuhan. Puji Tuhan, gue diberikan kesempatan oleh
Dia, untuk melayani. Dari sini lah cerita pelayanan gue dimulai.
Menjadi seorang
pelayan haruslah mau menyangkal dirinya. Bisa itu kebiasaan buruk, keegoisan
diri, gengsi, dan masih banyak lagi lainnya. Hal ini sudah gue sadari sedari
awal, bahwa gue harus menyangkal diri. Supaya memliki sikap yang baik, sebagai
pelayan Tuhan. Bukan karena ingin dilihat baik oleh manusia, melainkan mau
lebih layak dan pantas ketika menghadap Dia.
Sebelum melayani
Salah satu contoh
nyata dari pengalaman gue langsung yaitu, gue harus menyangkal diri gue dalam
hal berbicara. Sebelum melayani gue sudah sangat terbiasa untuk berkata kasar,
frontal, tidak berperasaan, serta, sering mengucapkan hal yang tidak baik dalam
norma masyarakat. Gue pun memiliki sikap yang egois dan mementingkan diri gue
sendiri. Hidup gue hanya lah tentang gue. Sebuah hidup yang cukup rusak menurut
gue pada masa itu .
Kalau pembaca adalah seorang teman gue di dunia nyata, lu mungkin akan terkejut. Karena, lima tahun sebelum nya, hidup gue bukan lah hidup yang lu kenal. Gue pada mulanya adalah orang yang cukup emosional. Gue tidak perduli tentang orang lain. Gue juga memiliki kebiasan buruk seperti mudah sekali memukul orang lain –biasanya ke teman laki-laki, ya beberapa dari kita mungkin pernah di masa ini, karena merasa paling kuat, jagoan atau paling oke--.
Tahun pertama
Tahun pertama adalah
tahun beradaptasi. Kita semua setuju akan hal itu. Ya, gue mendapati beberapa
orang yang tidak senang dengan kehadiran gue. Gue membuat sejumlah kesalahan, karena
tidak ada yang membimbing gue secara personal.
Saat itu di tahun
pertama gue, pelayanan yang gue jalani adalah pelayanan pemuda-pemudi. Yang
berarti, masih sangat tingginya idealisme dan juga memiliki jiwa semangat yang
membara di dalam pelayanan.
Seiring berjalannya
waktu gue mulai mengetahui pola di dalam sebuah pelayanan. Gue mulai bisa
membedakan mana orang-orang yang serius dalam pelayanan dan mana yang hanya
mengisi waktunya di hari Sabtu dan Minggu.
Di luar perkiraan
Gue sadar, melalui
tulisan ini, mungkin akan ada beberapa orang ataupun kelompok yang tersinggung.
Namun yang perlu disadari, tulisan ini didasarkan dari pengalaman gue sebagai
seorang pelayan.
Kalau lu sekarang berminat terjun dalam sebuah pelayanan di gereja, kampus, dsb., hal yg perlu lu ketahui terlebih dahulu, adalah, tidak semua orang memiliki sikap seorang pelayan Tuhan. Jadi, jangan heran, ketika dalam sebuah pelayanan nanti, lu akan menemui, orang yang menyombongkan masa pelayanannya, tidak sesuai ucapan dan perbuatan, mengklaim ide seseorang, otoriter dalam memimpin, merasa paling benar, ogah-ogahan dalam pelayanan, pasif dalam pelayanan, dan lain sebagainya.
Semangat
Siapa yang pernah kehilangan semangat
melayani? Mungkin lu akan jawab iya, tidak, belum atau lihat nanti. Gue sudah
beberapa kali melihat beberapa teman kehilangan semangat dalam pelayanan. Ada
yang mampu bangkit, tapi ada juga yang masih hilang semangat. Ya, memiliki
semangat dalam pelayanan menurut gue adalah hal wajib yang harus dimiiki
seorang pelayan Tuhan.
Kalau lu memiliki semangat dalam pelayanan
percaya deh, lu akan mau All Out. Lu akan aja punya banyak ide dan
solusi di setiap permasalahan. Ketika lu memiliki semangat lu akan bersinar,
bukannya tenggelam. Ya, mereka yang kehilangan semangat pelayanan sudah ada di
fase tenggelam. Entah apapun alasan mereka dalam pelayanan, sejujurnya akan
sangat menghambat segala hal nya dalam pelayanan yang semestinya dapat berjalan
dengan lancar.
Contoh kehilangan semangat dalam pelayanan:
•
Hampir setiap saat mengeluh
•
Datang kalau hanya bertugas,
kadang disertai izin yang alasannya tidak terlalu urgensi.
•
Tidak mau atau bahkan
menghindari segala kesempatan yang ada untuk memimpin atau pun membuat gebrakan
Tujuan melayani
Menurut lu, pelayanan itu artinya apa?
Tuliskan jawaban lu:
…………………………………………….………………………………………………………………………….
…………………………………………….………………………………………………………………………….
Ya apapun jawaban lu itu, iya tentunya
pastinya hal yang baik. Gue enggak akan bahas benar atau tidaknya. Pelayanan
itu berasal dari kata dasar layan. Layan memiliki arti mengurus, melaksanakan
penggunaannya. Jadi kalau kita berpacu dari kata dasar layan, apakah seorang
pelayan di gereja, kampus, dsb., yang menghindari tanggung jawab, yang malas
mengurus hal ini dan itu, malas mengerjakan kewajibannya bisa disebut pelayan
Tuhan yang baik?
Sekarang cobalah jawab pertanyaan ini. Kenapa
lu melayani di tempat lu?
Jawaban lu:
…………………………………………………………………………………………………………………………
Kalau lu mampu menjawab hal ini, selamat
artinya lu memiliki keseriusan dalam melayani, dan mental lu pun temasuk mental
kuat untuk bisa terjun dalam sebuah pelayanan. Tahukah lu, bahwa tidak semua
pelayan bisa menjawab hal ini? Bahkan ada pula yang tidak tahu mengapa ia harus
memberi dirinya untuk pelayanan. Iya boleh dibilang ikut pelayanan hanya karena
ingin ikut-ikutan aja tanpa alasan kuat. Jadi apakah harus punya alasan yang
kuat untuk bisa ikut pelayanan?
Tidak juga. Yang gue maksud pentingnya
memiliki alasan mau melayani adalah sebagai pengingat kita di saat pelayanan
kita mulai kendur ataupun saat orang pelayan lainnya mematahkan semangat kita.
Baik itu lewat verbal, tindakan, dan hal lainnya.
Penutup
Sedikit cerita. Satu bulan yang lalu
–terhitung dari tulisan ini dirilis– gue membaca Alkitab serta merenungkannya.
Tepatnya dari kitab 1 Korintus 14. Gue mendapati firman Tuhan berkata –kurang
lebih seperti ini--,
“Hendaklah kamu memberikan
(mempersembahkan) yang terbaik dalam pelayananmu serta menaruh kasih
(membangun, menghadirkan damai sejahtera)”
Dari renungan tersebut, gue belajar, bahwa sudah semestinya kita, pelayan Tuhan memberi yang terbaik. Juga, tidak lupa untuk memiliki kasih, di dalam pelayanan yang kita jalani. Jangan sampai, keinginan kita memberi yang terbaik, justru mencederai pelayanan yang kita jalani. Semisalnya, membuat rekan pelayan kita merasa dihakimi, dipermalukan, disusahkan karena keinginan kita --memberi yang terbaik-- atau justru sakit hati atas perbuatan maupun ucapan kita.
Akhir kata, buat kalian yang mau terjun di
dalam pelayanan, ya lakukan aja. O iya, sedikit pandangan gue mengenai
pelayanan. Bagi gue pribadi, pelayanan itu adalah hal memberi, bukan mendapat. Jadi,
kalau lu misalnya, berharap mendapatkan sesuatu di dalam pelayanan, menurut
gue, kayaknya pelayanan bukan tempat untuk lu deh. Ketahuan lu ikut kegiatan
lain. Karena pelayanan itu enggak semulus yang lu kira. Ada aja sih
gesekan-gesakan dan itu wajar aja sih.
Mau ikut pelayanan? Go ahead!
Komentar
Posting Komentar